Minggu, 14 Oktober 2012

Pencak Silat dan Saya (Mr Shingo Miyamoto)

Mr. Shingo Miyamoto Konsuler Kedutaan Besar Jepang


Saya ada sebuah pengakuan.  Awalnya ada "udang di balik batu" saat saya memutuskan untuk ikut latihan pencak silat di Masjid Al Azhar. 

Dalam kata singkat, alasan saya untuk belajar silat bukan karena saya ingin meningkatkan kemampuan saya sendiri dalam silat.  Alasan saya untuk belajar silat sebetulnya adalah untuk berteman dengan sebanyak mungkin orang Indonesia, dan untuk meningkatkan kemampuan saya untuk berbahasa Indonesia.

Saya melihat tampilan pencak silat untuk pertama kalinya, saat mewakili Duta Besar Jepang di acara Hari Ulang Tahun ASBD pada bulan Mei, tahun 2010.  Saat itu, saya berpikir betapa bagus kegiatan ini untuk bisa mengenal dengan teman-teman dari Indonesia, dan untuk bisa berbicara dengan mereka dalam bahasa Indonesia.  Karena waktu itu saya masih relatif baru datang di Indonesia, dan karena kebanyakan dari orang yang mengelilingi saya dalam kehidupan saya adalah orang asing, keinginan saya untuk mendekati teman-teman dari Indonesia sangat kuat.  Oleh karena itu, saya memutuskan untuk mengunakan pencak silat sebagai “alat” untuk merealisasikan keinginan itu.

Sudah dua tahun berlalu sejak saya mulai ikut latihan pencak silat di Masjid Agung setiap hari minggu.  Selama dua tahun ini, saya berhasil untuk berteman dengan banyak orang Indonesia.  Memang, saya merasa saya dapat diterima sebagai seorang anggota keluarga besar ASBD.  Sahabat yang telah saya bertemu di sana adalah sahabat-sahabat terpenting bagi saya di Indonesia.

Selama dua tahun itu, kemampuan saya untuk berbahasa Indonesia bertambah dengan signifikan juga.  Meskipun pasti belum lancar, jika dibandingkan dengan saat saya tiba di Indonesia untuk pertama kalinya (Wah, saya belum tahu caranya untuk bahkan mengucapkan terima kasih pada waktu itu!!), saya sudah menjadi cukup mampu. Sampai bisa menulis karangan ini sendiri, misalnya.

Dari hasil-hasil tersebut, mungkin bisa dikatakan bahwa tujuan awal saya dalam belajar silat itu sudah direalisasikan. “Udang di balik batu sudah didapatkan.”

Anehnya, bahkan setelah dipindah tugas ke Amerika Serikat pada bulan Januari, tahun 2012, saya masih tetap ikut latihan silat di cabang ASBD di Washington DC.  Mengapa? Bukan karena saya ingin berteman dengan orang Indonesia pasti. Karena hampir semua murid di sana orang Amerika. Bukan karena saya ingin belajar bahasa Indonesia juga, karena semua pembicaraan saat latihan dilakukan dalam bahasa Inggris.  Mengapa saya masih ingin berlatih silat?? Nah, saya sendiri baru sadar, bahwa alasan kenapa saya ingin belajar silat sudah berubah selama dua tahun yang lalu.
Jika dipikirkan sekarang, alasannya bukan karena saya ingin mendekati teman-teman Indonesia.  Alasannya bukan karena saya ingin belajar bahasa Indonesia.  Tetapi, alasanya karena saya ingin melanjutkan pelajaran pencak silat. Itu saja.

Sekarang, bagi saya sendiri, pencak silat bukan “alat” untuk mendekati Indonesia.  Pencak silat adalah kegiatan yang menyenangkan.  Ya. Pencak silat adalah sejenis seni bela diri. Yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan saya sendiri. Tapi pencak silat bukan hanya itu.  Saya rasa belajar silat bisa bermanfaat untuk meningkatkan disiplin diri saya.  Dari silat, saya dapat belajar sikap hidup yang lebih baik, seperti jangan paksakan pendapat saya sendiri kepada orang lain, tetapi manfaatkan tenaga orang lain untuk merealisasikan hasil yang baik.  Menurut saya, silat bisa disebut sebuah kegiatan yang dapat dilanjutkan sepanjang hidup untuk menjadi orang yang lebih baik.

Saya sering ditanya oleh teman-teman. “Kamu orang Jepang kan? Kenapa suka belajar pencak silat? Mengapa bukan karate?“  Dan saya selalu menjawab, “kebetulan saja.“ Memang, saya menemukan pencak silat secara kebetulan.  Dan kebetulan, saya jatuh cinta kepadanya.  Dan setelah belajarnya selama dua tahun, ternyata banyak hal yang telah saya pelajari. Oleh karena itu, kata kunci saya pada saat ini untuk menjelaskan artinya belajar silat bukan “udang di balik batu” tetapi “Sekali mengayuh dua tiga pulau terlewati.” Karena hanya dengan belajar pencak silat, saya sudah bisa mendapatkan banyak hal yang sangat dihargai dalam hidup saya.

Harapan saya adalah melalui membaca buku ini, anak-anak dan dewasa secara bersama akan dapat belajar banyak hal mengenai seni bela diri yang saya cintai. Pencak Silat.

Terakhir, saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada sahabat-sahabat saya dari Al Azhar, yang telah menerima saya sebagai anggota keluarga besar mereka.  Sampai hari ini, saya sangat menghargai persahabatannya sebagai sesuatu yang terbaik yang terjadi kepada saya selama berada di Indonesia. Terima kasih...


Shingo Miyamoto

Kamis, 11 Oktober 2012

Foto Lucu Anak Latihan Beladiri

Ini adalah sesi foto anak latih ekskul Silat kelas 1-2 Al Azhar 15 Pamulang, sedang asik-asiknya berfose tiba2 datang anak ekskul lain (Futsal) didepan mereka dan ikut bergaya. Tidak sengaja tetapi terlihat lucu dengan kepolosan anak bergaya latihan beladiri dan anak-anak lainnya yang melihatnya.hehehehe