Pada umumnya, anak-anak di usia 4 tahun yang sudah memasuki usia sekolah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Anak akan belajar untuk mengambil inisiatif terhadap segala sesuatu di sekitarnya.
b. Anak sudah mulai berpikir akan adanya konsep, baik itu yang dilihatnya melalui gambar ataupun hukum sebab-akibat yang telah dialaminya.
c. Anak akan melihat moralitas dari segi apakah ia akan mendapat penghargaan, hukuman, kesenangan, atau konsekuensi lainnya, contohnya: “ Aku diem kok ga nakal, jadi aku boleh pinjem mainannya” atau juga disebut dengan Tahap Menghindari Hukuman.
d. Perkembangan fisiknya mulai berkembang kuat sehingga aktivitas yang paling disukainya adalah “bermain”
e. Pemikirannya masih pada tahap simbolik dan sifat egosentris yang mendominasi.
f. Pemikiran anak yang masih didominasi oleh hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas fisik dan pengamatannya sendiri, sekalipun apa yang ada dalam pikirannya tidak selalu ditampilkan lewat tingkah laku nyata.
Perlunya Bermain belajar dari permainan (Learning by playing)
Permainan seharusnya memiliki nilai seimbang dengan belajar. Anak dapat belajar melalui permainan (learning by playing). Banyak hal yang dapat anak pelajari dengan permainan, keimbangan antara motorik halus dan motorik kasar sangat memengaruhi perkembangan psikologi anak. Seperti kata Reamonn O Donnchadha dalam bukunya The Confident Child Permainan akan memberi kesempatan untuk belajar menghadapi situasi kehidupan pribadi sekaligus belajar memecahkan masalah. Permainan mengembangkan otak kanan
Disamping itu tentu saja anak mempunyai kesempatan untuk menguji kemampuan dirinya berhadapan dengan teman sebayanya dan mengembangkan perasaan realistis akan dirinya. Bermain melalui permainan memberi kesempatan pada anak untuk mengembangkan otak kanan, kemampuan yang mungkin kurang terasah di sekolah maupun di rumah.
Permainan mengembangkan pola sosialisasi dan emosi anak
Dalam permainan kelompok, anak belajar tentang sosialisasi yang menempatkan dirinya sebagai makhluk sosial. Anak mempelajari nilai keberhasilan pribadi ketika berhasil memasuki suatu kelompok. Ketika anak memainkan peran baik atau jahat membuat anak kaya akan pengalaman emosi, anak akan memahami perasaan yang terkait dari ketakutan dan penolakan dari situasi yang dia hadapi.
Nina Maryamah, S. Kom.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar